Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan terhadap siswa tidak hanya dilakukan di dalam kelas, namun juga di luar kelas. Salah satu proses pembelajaran adalah dengan Kegiatan Studi Kenal Alam dan Lingkungan (SKAL). Kegiatan SKAL tahun ini dilakukan di dua tempat. Kegiatan pertama adalah studi untuk mengenal lebih dekat Perguruan Tinggi. Kegiatan ini dilakukan ke Universitas Negeri Malang (UM). Kegiatan kedua dilanjutkan dengan kegiatan mengenal lingkungan, tempat pariwisata di Bali.
Perjalanan melaksanakan kegiatan SKAL dimulai pada hari Kamis 3 Nopember 2016. Sebagaimana dijadwalkan, pukul 06.00 WIB upacara pemberangkatan dimulai. Upacara ini dipimpin oleh bapak Drs. Slamet Hariyono sedangkan do’a dipimpin oleh bapak Drs. H. Sugeng Widadi. Pada pukul 06.30 rombongan SKAL berangkat menuju Universitas Negeri Malang.
Perjalan menuju Malang relatif lancar, aman, dan nyaman. Tidak ada kendala yang berarti. Siswa yang mengalami mabuk dikarenakan jalan Pare – Malang yang berkelok-kelok pun tidak banyak. Semua bisa diatasi dengan baik.
Rombongan sampai di Universitas Negeri Malang pukul 09.00 dan diterima di Gedung FMIPA. Meski nampak lelah siswa masih antusias mengikuti jalannya pemaparan tentang Universitas Negeri Malang oleh Ibu Selly. Hal ini nampak dari banyaknya siswa yang bertanya dan merespon pertanyaan yang diberikan oleh petugas kehumasan. Pemaparan selama kurang lebih dua jam pun tak terasa lama.
Rombongan SKAL di UM sempat ditemui beberapa alumni SMAN 1 Pare yang kuliah di Malang. Mereka nampak senang bisa bertemu dengan ibu/bapak guru dan adik-adik kelasnya. Merekapun bangga pernah belajar di SMAN 1 Pare dan bisa melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi idamannya.
Selesai kegiatan studi di UM, pukul 11.00 rombongan melanjutkan perjalanan menuju pulau Bali. Sebelum ke Bali, rombongan melakukan istirahat, sholat dan makan di Situbondo. Setelah dirasa sudah cukup, perjalanan dilanjutkan kembali.
Perjalanan di malam hari terasa lebih cepat. Tidak banyak kendaraan yang memenuhi jalan. Pukul 22.00 WIB sampai di pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Karena bukan hari libur, penyeberangan dengan kapal ferry tidak mengalami antrian panjang. Pukul 23.45 WITA sampai di pelabuhan Gilimanuk.
Peralihan waktu dari WIB ke WITA terjadi di selat Bali. Mungkin tidak banyak yang mengamati hal ini. Namun bila mau mengamati, contohnya, dengan menggunakan telepon celuler atau jam digital dari Banyuwangi ketika di selat Bali pukul 22:20 WIB akan ada pergantian jam secara otomatis menjadi 23:20 WITA. Tidak percaya? Silakan buktikan.
Di Tanah Lot, rombongan disambut hujan deras. Meski masih diselimuti rasa kantuk yang berat, satu demi satu siswa ingin merasakan hujan di Pulau Bali. Mereka ke kamar mandi, sholat dan lain-lain. Itulah saat pertama sebagian besar siswa merasakan mahalnya biaya hidup di Bali.
Karena bulan tilem, air surut. Tidak menutup sebagian besar pantai, sehingga bisa mendekat ke Tanah Lot. Siswa bergembira ria, berlompatan sambil berfotoria. Adapula siswa yang ingin merasakan percikan air suci, ditempeli beras di kening atau bunga diselipkan di telinga.
Panorama Tanah Lot nan elok harus rela ditinggalkan. Mulai dari Tanah Lot ini didampingi guide asli Bali. Tujuan berikutnya adalah Kunjungan ke Istana Tampaksiring. Dikatakan kunjungan karena bukan wisata. Istana bukan tempat tujuan wisata, tapi boleh dikunjungi dengan syarat tertentu. Pakaian harus rapi. Tidak boleh memakai jean/denim. Tidak boleh menggambil gambar dalam format video, kalau foto boleh.
Istana Tampaksiring berada di daerah pegunungan. Terletak di Desa dan Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Sejuk segar hawa di sana. Luasnya tidak kurang dari 19 hektar. Istana Tampak Siring dibangun oleh seorang arsitek bernama R.M. Soedarsono atas prakarsa Presiden Soekarno. Pembangunan istana kepresidenan ini terbagi ke dalam dua masa, yaitu tahun 1957 dan 1963. Pada tahun 1957, di kompleks ini dibangun Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira. Sementara pada tahun 1963, pembangunan tahap kedua merampungkan dua gedung utama lainnya, yaitu Wisma Negara dan Wisma Bima, serta satu Gedung Serba Guna (gedung konferensi).
Di kawasan sekitar istana ini, para tamu juga dapat menikmati obyek wisata lainnya yang cukup terkenal di Pulau Bali, yaitu Pura Tampak Siring yang berada tepat di bawah Istana Tampak Siring. Pura ini juga dikenal dengan nama Pura Tirta Empul karena di pura ini terdapat sumber mata air suci “tirta empul”. Di tempat ini, para turis dapat melakukan meditasi maupun meraup berkah dengan cara mandi di kolam khusus yang dialiri oleh air dari Tirta Empul. Mata air yang disakralkan ini konon sudah digunakan untuk penyucian dan pengobatan sejak lama.
Puas kunjungan di Istana Tampaksiring, dilanjutkan makan siang di Cening Bagus. Kemudian ke Joger Luwus. Belanja di sini menjadi incaran para siswa. Katanya “Belum ke Bali kalau belum ke Joger.”
Uma Dewi tujuan berikutnya. Di sini menikmati pertunjukkan Tari Kecak. Pertunjukkan tarian yang tidak diiringi dengan gamelan. Pengiringnya adalah suara yang keluar dari mulut. Suara Cak …cak cak… cak cak cak…yang berirama itulah asal mula nama tari kecak.
Malam semakin larut, pertunjukkan Tari Kecak pun selesai. Tujuan berikutnya adalah Green Villas Jl. Dewi Sartika Tuban Kuta, Bali. Istirahat.
Hari ketiga, Tujuan pertama adalah Pantai Pandawa. Pantai Pandawa Bali adalah salah satu kawasan objek wisata yang berada di Bali tepatnya di Desa Kutuh, Kecamatan Kutuh Selatan, Kabupaten Badung. Pantai Pandawa juga sering dikenal dengan nama Pantai Kutuh, dan kadang juga disebut sebagai pantai rahasia (Secret Beach) karena letaknya berada dibelakang tebing.
Selain tebing-tebing yang tinggi, kalian juga akan mendapati patung-patung pewayangan lima pandawa yaitu patung Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Kelima patung tersebut akan kita dapati saat memasuki kawasan Pantai Pandawa. Kelima patung itu pula dipasang didalam tebing-tebing, sehingga pengunjung yang datang akan melihat berjejer kelima patung-patung tersebut secara berurutan.
Lepas dari pantai Pandawa perjalanan dilanjutkan ke area permainan air water sport di Tanjung Benoa. Di sini berbagai macam permainan air yang memacu adrenalin disiapkan bagi wisatawan, baik domestic maupun manca Negara. Ada Jet ski, banana boat, para sailing dan lain-lain..
Sebelum mengenal usaha wisata air, masyarakat Tanjung Benoa sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Seiring dengan perkembangan pariwisata di Bali, sebagian masyarakatnya bekerja di bidang pariwisata. Habitat penyu yang hampir punah dikelola secara swadaya oleh masyarakat sebagai tujuan wisata baru.
Perjalanan menuju ke pulau penyu selama 15 menit. Dalam perjalanan anda dapat menikmati pemandangan indah pantai Tanjung Benoa, kapal-kapal yang sedang bongkar muat, dan pesawat terbang yang lepas landas dari bandara Ngurah Rai. Dari kejauhan juga nampak kawasan hotel di wilayah Tanjung Benoa.
Sesampainya di pulau penyu, pemandu akan mempersilakan melihat-lihat penyu sudah langka keberadaannya. Di sana diperkenalkan bagaimana cara memelihara penyu, telor penyu yang baru menetas, penyu yang siap menetaskan telornya, dan penyu yang berumur seratus tahun. Selain penyu ditempat penangkaran ini juga terdapat beberapa binatang lain seperti ular, burung elang, burung kakak tua, kelelawar, dan iguana.
Panasnya pantai di Tanjung Benoa tak terasa panas kala bertemu dengan dua alumni SMAN 1 Pare yang bekerja di sini. Okta sebagai Kasir sebuah hotel dan satunya Yogi bekerja di bidang pertukaran mata uang. Di sini pula bertemu dengan rombongan dari MTsN Puncu.
Hari semakin siang, Tanjung Benoapun ditinggalkan. Perjalanan berikutnya adalah Puja Mandala. Di sini berjajar tempat ibadah dari ke lima agama yang ada di Indonesia. Menunjukkan kerukunan antar umat beragama terjalin dengan baik.
Selesai melakukan sholat di Masjid Ibnu Batutah perjalanan dilanjutkan Bajra Sandhi. Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi penghormatan pada para pahlawan sekaligus merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman menjaga keutuhan negara Kesatuan RI. Monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali yang juga di depan Gedung DPRD Propinsi Bali Niti Mandala Renon persisnya di Lapangan Puputan Renon.
Bajra Sandhi merupakan tempat wisata terakhir yang dikunjungi di hari ketiga. Sebelum kembali ke tempat penginapan Green Villas, Kosayu menjadi tempat makan malam sekaligus belanja oleh-oleh. Di sini disiapkan pelepas penat. Musik electone. Siapapun boleh menunjukkan kemampuan bernyanyi. Ternyata oh ternyata, bakat menyanyi siswa SMAN 1 Pare memang luar biasa. Bila di sekolah nampak diam, di sini bakat menyanyi seakan ditumpahkan sepuas-puasnya.
Perjalanan di hari keempat diawali dengan checkout dari Green Villas dilanjutkan ke Uma Dewi lagi, untuk menikmati pertunjukkan tari Barong dan Keris. Selesai pertunjukkan, penonton diberi kesempatan untuk foto bersama dengan para tokoh dalam pertunjukkan tari tersebut.
Pertunjukkan Tari Barong selesai hamper tengah hari. Perjalanan dilanjutkan ke Karang Kurnia untuk sholat dan makan siang. Bagi yang masih ingin menambah buah tangan untuk oleh-oleh, di sini juga menyediakan souvenir maupun jajanan khas Bali.
Sekitar pukul 13.00 WITA, perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan Gilimanuk. Penyeberangan dengan kapal ferry dari pelabuhan Gilimanuk menuju pelabuhan Ketapang memerlukan waktu sekitar empat puluh lima menit. Pukul 17.00 WIB sudah sampai di Ketapang Banyuwangi. Setelah Ishoma perjalanan dilanjutkan menuju Pare. Rasa lelah dan ngantuk menjadikan enaknya tidur di perjalanan, sehingga perjalanan jauh tak terasa berarti. Pukul 03.00 WIB sampai di Pare dengan selamat. Karena jarak rumah, kesigapan penjemput dan komunikasi yang berbeda-beda pukul 04.00 WIB peserta SKAL terakhir meninggalkan halaman sekolah menuju rumah masing-masing.
(by ehaprast)