Sebagian besar perjalanan nasib orang tidak lepas dari latar belakang pendidikannya. Pada tahun 1970-an belum banyak orang yang mengenyam pendidikan sampai tingkat lanjutan atas. Namun sudah ada yang beruntung bisa mencapai jenjang pendidikan tersebut. Sebagaimana yang terjadi dengan alumni SMA Negeri Pare bersama dengan alumni SLTA Pare tahun 1973.
Karena pada saat itu belum banyak sekolah tingkat lanjutan atas, maka komunikasi keakraban siswa antar sekolah bisa terjalin dengan baik.
Keakraban mereka pun tetap terjalin sampai mereka lulus. Untuk menjalin komunikasi antar alumni, mereka membuat wadah berkumpul yang dinamakan Waroeng SLA Pare ‘73. Berkat kegigihan ibu Ely Yohana dan beberapa kawan, pada hari Minggu, 23 Oktober 2016 yang lalu, mereka bisa berkumpul mengadakan reuni di SMA Negeri 1 Pare. Seperti yang dikemukakan panitia, bahwa reuni tersebut hanya dihadiri sekitar tiga puluhan orang. Reuni kecil tersebut merupakan ajang untuk membentuk panitia yang akan mengadakan reuni yang jauh lebih besar.
Sebagaimana suasana reuni pada umumnya. Mereka nampaknya terbawa dan sangat menikmati suasana zaman tempo doeloe. Mereka seakan lupa bahwa mereka sudah berumur enam puluh tahun, bahkan ada yang lebih. Sudah banyak yang bercucu. Sapaan, dialek dan ungkapan-ungkapan khas remaja terdengar riuh di sana. Bergembira, asyik menyanyikan lagu-lagu nostalgia. Bahkan bergoyangpun tiada malu dilakukannya. Suasana tempo doeloe makin terasa, kala melihat hidangan kue yang disajikan. Ada pisang goreng, ketela goreng, weci yang dulu terkenal dengan sebutan ote-ote, tahu isi atau tahu brontak. Lontong dan nasi pecel juga tersaji di sana. Minumannya, sari temu lawak, khas zaman doeloe.
Reuni ini dihadiri berbagai lapisan. Ada yang mantan kapolsek, mantan pejabat pertamina, pensiunan guru, petani dan lain-lain. Bapak H. Mardjito, anggota DPD DPRD Prop Jatim juga hadir. Beliau hadir bersama istri.
Reuni diakhiri dengan berdo’a bersama dan jabat tangan, menyanyi bersama-sama lagu Kemesraan.
(by ehaprast).
